SEKOJA.ID, Jakarta – Masa Jabatan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah berakhir pada 6 September 2023.
Ganjar Pranowo menjadi salah satu gubernur yang digadang-gadang maju bertarun di Pemilihan Presiden.
Hanya saja, Ganjar Pranowo maju atau tidak ditentukan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati.
Pasalnya, Megawati juga disebut telah memberikan sinyal ke Puan Maharani untuk maju.
Saat PDIP belum memberikan kejelasan, Nasdem malah mengusulkan Ganjar untuk diusung.
Hal itu membuat Megawati meminta kepada kadernya yang ingin main dua kaki, supaya hengkang dari PDIP.
Ditanya soal rencananya setelah pensiun sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo malah berkelakar.
Dia mengungkapkan ingin melamar jadi wartawan saat dikonfirmasi awak media terkait karier politiknya.
“Ya kalau mau ngelamar jadi wartawan, kamu (wartawan) ajarin saya dulu dong,” kata Ganjar di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (22/6/2022).
“Ya setidaknya saya jadi YouTuber,” sambung kader PDI Perjuangan (PDIP) itu.
Di sisi lain, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengatakan, nasib Ganjar pasca jadi Gubernur bakal ditentukan Megawati Soekarnoputri.
“Bagaimana itu masa depan Pak Ganjar di PDIP itu tentu hampir pasti ibu ketua umum yang akan menentukan, bos,” ucap Bambang.
Bambang Pacul mengatakan, Megawati memiliki pertimbangan untuk menentukan nasib kader di PDIP, termasuk Ganjar.
“Beliau yang akan tahu, beliau yang akan pertimbangan dari sekian sisi,” ungkapnya.
Elektabilitas Unggul di Jawa Timur
Sementara itu, sejumlah lembaga survei menyebut elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih tertinggi sebagai calon presiden (Capres).
Terbaru, dari survei Poltracking, elektabilitas Ganjar Pranowo tertinggi di Jawa Timur dibandingkan kandidat capres lainnya.
Dari 10 nama calon presiden yang disurvei oleh Poltracking, Ganjar Pranowo meraih angka 32,3 persen.
Kemudian di tempat kedua ada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 15,9 persen dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 12,8 persen.
Adapun hasil survei ini dirilis oleh Riset Poltracking Indonesia, Rabu (22/6/2022).
Menurut Arya Budi, Direktur Riset Poltracking Indonesia, hasil riset ini sama dengan potret nasional dimana ketiga nama tokoh ini menjajaki tiga teratas sosok calon presiden.
Ia pun melihat preferensi masyarakat Jawa Timur pada pemilu 2019.
Hasil ini menurutnya tidak mengagetkan, kenapa Ganjar bisa meraih angka tertinggi.
Sebab elektabilitas PDI Perjuangan juga tinggi di Jawa Timur.
“Tentu angka ini tidak mengagetkan jika kita mengaitkan Ganjar dengan suara Jokowi di Jawa Timur. Kita cek kembali Jokowi itu (elektabilitasnya) di 2019 sekitar angka 65 persen, Prabowo sekitar angka 34 persen. Jadi selisihnya hampir dua kali lipat,” jelas Budi, dikutip dari Tribunnews.com.
Arya lantas memaparkan alasan kenapa Jawa Timur menarik untuk didudukkan pada kontestasi Pilpres 2024.
Sebab jika menilik piplres sebelumnya pasangan capres-cawapres yang unggul di Jawa Timur akan memenangi kontestasi Pilpres.
Selain Ganjar Pranowo, tokoh lainnya yang elektabilitasnya tinggi di Jawa Timur adalah Khofifah Indar Parawansa (7,5 persen), Erick Thohir (6,1 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (4,9 persen), Sandiaga Salahuddin Uno (2,0 persen), Ridwan Kamil (0,9 persen), dan Puan Maharani (0,5 persen).
Ganjar Pranowo Jadi Capres 2024 Usulan NasDem, FX Rudy Sebut Tak Jadi Ancaman untuk PDIP
Nama Ganjar Pranowo kini sedang ramai diperbincangkan, apalagi setelah Partai NasDem menyatakan dia masuk jadi Calon Presiden (Capres) pilihan mereka.
Menanggapi nama Ganjar Pranowo yang dipilih jadi Capres 2024 oleh NasDem, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo angkat bicara.
Rudy mengatakan, dipilihnya Ganjar Pranowo menjadi Capres 2024 oleh NasDem tidak menjadi persoalan.
Apalagi pernyataan dari Gubernur Jawa Tengah itu sudah jelas bahwa dia adalah kader PDIP.
“Enggak terancam PDIP, PDIP punya sistem, Pak Ganjar sudah ngomong aku PDIP yang taat dan patuh pada Ketua Umum Ibunya sendiri, selesai kok,” kata Rudy, Senin (20/6/2022).
Bahkan, Rudy menyebut hal tersebut adalah hal biasa bagi PDIP.
Ia mencontohkan, pada era Jokowi dulu juga sudah beberapa kali dilirik oleh partai lain.
“Beberapa kali dilirik, bukan warning. Biasa to, dulu juga sama zaman Pak Jokowi juga dilirak-dilirik,” paparnya.
Meski begitu, ia menanggapi dengan biasa. Rudy menyebut jika itu merupakan fenomena yang berkembang saat ini.
Dan hal wajar, jika banyak partai politik yang melirik pasalnya ini merupakan Pemilihan Presiden, bukan Kepala Daerah.
“Ini pemilihan Presiden bukan kepala daerah, yang milih seluruh rakyat yang punya hak pilih dari beberapa partai politik,” tegasnya.
Disinggung mengenai kemungkinan melakukan koalisi dengan Nasdem, Rudy menjawab bahwa untuk mengusung Calon Presiden bisa dilakukan oleh PDIP.
“PDIP nyalon sendiri bisa dari 20 persen kursi yang didapat,” pungkasnya.(jin/babe)